5 Pencipta Lagu yang Bisa Kaya Jika Aturan Royalti Jelas

5 Pencipta Lagu yang Bisa Kaya Jika Aturan Royalti Jelas

topmetro.news – Presiden Joko Widodo atau Jokowi resmi mengatur royalti pemutaran lagu guna kebutuhan komersil. Aturan tersebut disahkan melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 56 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu Dan/Atau Musik.

Aturan ini bisa memberikan perlindungan dan kepastian hukum terhadap pencipta, pemegang hak cipta, dan pemilik hak terkait terhadap hak ekonomi, lagu, musik setiap orang yang melakukan penggunaan secara komersil.

Hal ini tentu membawa angin segar bagi para pencipta lagu untuk meraup pundi-pundi uang yang bisa diperoleh dari royalti. Berikut beberapa nama pencipta lagu yang seharusnya bisa kaya dari uang dari royalti andai aturan diimplementasikan dengan benar.

1. Syam Permana

Syam Permana merupakan salah satu pencipta lagu ternama di Indonesia. Ia menciptakan banyak karya seperti lagu Benalu Cinta yang dinyanyikan oleh Imam S Arifin, Belum Sembuh oleh Meggy Z, Terima Kasih oleh Inul Daratista, Merana oleh Hamdan ATT, Surga Jadi Neraka oleh Ine Shintya.

Tak kurang dari 102 lagu telah diciptakan selama berkarier sebagai pencipta lagu dangdut. Namun lagu yang telah melambungkan artis-artis tersebut tidak seketika menaikkan taraf hidup Syam Permana.

Pria yang memiliki 5 anak tersebut senantiasa berpindah-pindah kontrakan sejak merantau ke Jakarta. Bahkan kini ia harus bertahan hidup menjadi pemulung.

Setelah PP tentang royalti diteken pemerintah, Syam Permana berupaya untuk mendapatkan royalti atas lagu-lagunya. Kuasa hukum Syam berencana mengajukan somasi ke beberapa badan usaha dan artis dangdut yang menggunakan lagu karya Syam.

2. Papa T. Bob

Nasib yang sama juga dialami oleh mendiang Papa T Bob. Pria bernama asli Erwanda Lukas ini merupakan salah satu pencipta lagu anak-anak di era 1990-an.

Lagu-lagu ciptaannya masih populer hingga sekarang seperti Diobok-Obok yang dibawakan Joshua, demikian juga lagu Bolo-Bolo yang dibawakan oleh Tina Toon.

Meski memiliki karya yang melegenda, Papa T Bob dikabarkan jarang menerima royalti atas lagu-lagu anak ciptaannya. Hal itu disampaikan oleh kerabat Papa T Bob, Atoek Faturachman, mengatakan bahwa sang pencipta lagu tersebut tak sepenuhnya menerima royalti dari lagu-lagu ciptaannya karena tidak ada manajemen yang baik.

“Itu dia kasihan makanya. Karya-karyanya enggak ada yang manage bener. KCI (Karya Cipta Indonesia) juga pada sedih itu. Sedikit (terima royalti). Jarang sekali,” kata Atoek kepada CNNIndonesia.com 2020 lalu.

3. Naniel Yakin

Lagu Bento yang begitu terkenal rupanya tidak membawa kemakmuran bagi penciptanya, yakni Naniel Yakin. Hingga di masa tuanya, kehidupan Naniel Yakin sangat memprihatinkan.

Semasa hidup, almarhum tinggal di sebuah kontrakan dengan kondisi kurang layak untuk seorang musisi dengan karya yang sangat terkenal.

Putra tertua Naniel Yakin, Mahatma Syiwa mengaku kalau ayahnya masih menerima royalti dari karya musiknya. Namun royalti yang diterima, tak pernah cukup membiayai hidup sehari-hari.

4. Yon Koeswoyo

Yon Koeswoyo merupakan salah satu pentolan band legendaris Koes Plus. Namun, di balik kesuksesan Koes Plus, Yon Koeswoyo harus berhadapan dengan kondisi ekonomi yang memprihatinkan. Terlebih ia menderita penyakit jantung yang memaksanya mesti bolak-balik dirawat di rumah sakit.

Akibat kondisi ekonomi yang kurang baik, biaya perawatan sang legenda sebagian besar didapat dari keringanan tangan sejumlah fans Koes Plus.

Kendati telah melahirkan karya besar, Yon tidak dapat menikmati masa tua dari hasil karyanya dahulu karena saat itu belum ada aturan baku yang mengatur royalti dari penjualan.

Karya musisi “dibeli-putus” oleh perusahaan rekaman, selanjutnya, rekaman asli (master) adalah milik label dan berhak digandakan serta dipasarkan kapan saja.

5. Benny Pandjaitan

Nasib yang sama juga dialami oleh Benny Panjaitan, salah satu pentolan band Panbers. Di balik kesuksesan band Panbers, masa tua Benny jauh dari kata nyaman dan bergelimang harta.

Benny Panjaitan membiayai pengobatan stroke dari tabungannya sendiri. Royalti dari nada dering tidak banyak membantunya untuk berobat ke dokter. Namun ia bersyukur masih banyak pihak yang menyumbang.

Setelah berjuang melawan penyakitnya, Benny Panjaitan harus berpulang ke Sang Pencipta pada Selasa 24 Oktober 2017 karena penyakit stroke.

Nasib ekonomi Benny bisa jadi beda kalau aturan Royalti diimplementasikan dengan baik. Hal tersebut juga sempat diungkapkan Freddy Haris selaku Dirjen Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM RI.

“Benny Pandjaitan Panbers itu, lagunya mungkin hampir setiap hari diputar di karaoke. Tapi Benny Pandjaitan, ketika dia wafat, rumahnya saja kontrakan.” ujar Freddy pada jumpa pers virtual, Jumat (9/4/2021).

sumber : cnn

Related posts

Leave a Comment